Pura Khayangan Tiga Desa Umahanyar
<p style="text-align: justify;">   Desa Umahanyar memiliki beberapa tempat suci penting yang merefleksikan tatanan spiritual komunitas, di antaranya Pura Tri Kahyangan, Pura Anyar, Pura Bedugul, Pura Ratu Nyoman, dan Pura Beji. Keberagaman pura ini menunjukkan kompleksitas sistem kepercayaan lokal yang mengakar kuat. Salah satu fenomena menarik yang menyoroti ikatan historis desa adalah tradisi Barong Ngelawang dari wilayah Kelaci dan partisipasi Krama Desa Tapesan saat upacara odalan di Pura Kahyangan Tiga. Hanya saja tradisi Barong Ngelawang ini hanya diadakan apabila ada upacara besar dalam siklus 25 tahun sekali. Tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi nyata dari hubungan kekerabatan yang tetap terjaga antara Desa Umahanyar dan desa-desa asal para pendirinya. Hal ini menegaskan bahwa migrasi fisik tidak menghapus ikatan sosial dan spiritual masa lalu, melainkan merekonstruksi dan memperkuatnya dalam bentuk tradisi.</p> <p style="text-align: justify;">   Berdasarkan keterangan narasumber Ida Bagus Sutakertya, pendirian awal Desa Umahanyar ditandai dengan pembangunan Pura Kahyangan Tiga yang lokasinya berdampingan dengan Griya Umahanyar. Posisi Pura Kahyangan Tiga sebagai penanda titik awal pendirian desa memiliki makna signifikan. Pura tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol peresmian dan legitimasi komunitas baru di mata spiritual. Keberadaannya yang bersebelahan dengan griya (tempat tinggal pemuka agama) menggarisbawahi model tata ruang dan sosial di Bali, di mana aspek religius dan kepemimpinan spiritual merupakan dua pilar utama dalam membangun sebuah permukiman. Oleh karena itu, Pura Kahyangan Tiga dapat diinterpretasikan sebagai monumen hidup yang menjadi saksi bisu perkembangan dan perjalanan sejarah Desa Umahanyar sejak awal pembentukannya.</p>
15 Oct 2025